Kamis, 11 November 2010

SILAHISABUNGAN, RAJA BIUS SILALAHI NABOLAK

Dalam tarombo Toba dikatakan bahwa Silahisabungan adalah putra Sorbadibanua, di Toba Holbung, Balige ( terlepas kalau ini memang konon ). Dari Balige, Silahi Sabungan kemudian berpetualang ke sebuah tempat yang kemudian beri nama Huta Lahi, yang sekarag ini dikenal dengan Silalahi Nabolak. Silahisabungan meninggalkan Toba Holbung, Balige, bukanlah tanpa alasan. Adalah ketetapan hati ( komitmen ) Silahisabungan setelah ia bersengketa dengan kakak sekandungnya sendiri, Sibagot Ni Pohan. Sebagaimana namanya , Sabungan, yang berarti gigih atau handal, Silahisabungan merasa tidak sanggup bila berdampingan dengan kakak sekandungnya lagi, mengingat “kecurangan” yang telah diperbuat Sibagot Ni Pohan. 

Silahisabungan pastilah seorang yang memiliki komitmen dan konsistensi. Akan lebih baik bagi Silahisabungan pergi meninggalkan kampung halamannya, Lumban Gorat Balige, untuk menghindari pertikaian yang berkepanjangan seumur hidupnya terhadap Sibagot Ni Pohan. Komitmen ini pulalah yang diikuti adik-adiknya, Siraja Oloan dan Sipaettua. Mereka memang merupakan korban muslihat Sibagot Ni Pohan. Komitmen Raja Silahisabungan-lah yang kemudian diikuti olah kedua adiknya untuk bersama-sama meninggalkan Toba Holbung Balige, pergi kedaerah baru untuk mereka diami ( catatan Tumbaga Holing ).
Siraja Oloan akhirnya memilih tinggal di Laguboti dan Sipaettua memilih tinggal di Pangururan Samosir dan kemudian berpindah ke Bakkara. Sementara, Silahisabungan terus melanjutkan perjalanan dan sampai tiba di belantara Pakpak Dairi, dan kemudian menamainya huta Lahi, dan keturunannya kemudian menamainya dengan Silalahi Nabolak karena begitu luasnya wilayah kekuasaan Raja Silahisabungan ini. Nama Silalahi juga diabadikan sebagai nama sebuah Kecamatan dan Desa di otonomi Kabupaten Dairi.

Silahisabungan menciptakan satu norma Integrasi yang visioner bagi keturunannya , yatu Poda Sagu-sagu Marlangan. Satu poda yang sangat berbeda dengan yang lain, dan bahkan ini menjadi satu ikon positf bagi keturunan marga-marga lain. Poda Sagu-sagu Marlangan, poda yang ditujukan hanya bagi keturunannya, 8 (delapan) anak  Raja Silahsabungan dari 2 (dua) istrinya, yang mana diantara keturunan 8 anaknya kelak adalah satu, sedarah dan sedaging yang tidak boleh saling nikah-menikahi. Akan sangat berbeda bila ditinjau dari kebiasaan Toba Holbung, yang membesakan saling nikah-menikahi meski masih dalam satu garis keturunan. Hal ini pula yang sempat terjadi dalam internal Pomparan Tambun Raja atau Raja Tambun yang berdiam di Toba Holbung. Antara keturunan Raja Tambun sempat saling nikah-menikahi. Namun saat ini itu tidak terjadi lagi dan telah ditetapkan bahwa mereka akan mematuhi sebagaimana ikhwal Poda Sagu-sagu marlangan. Manusia memang penuh kekurangan dan khilaf. Itu sebabnya, persepsi negatif yang pernah “tabu” diantara keturunan marga Tambun atau Tambunan telah dikubur dalam-dalam. 

HORJA BIUS SILALAHI NABOLAK
Dahulu kala, adalah umum dalam kultur Toba diadakan perhelatan yang namanya Horja Bius (dijaman sekarang ini, perhelatan seperti ini tak akan pernah kita temui lagi). Horja Bius dijadikan kultur tingkat paling tinggi dan sangat sakral, oleh sebab itu Horja Biuas hanya dilakukan tertentu oleh orang yang memiliki status sosial tertentu pula. Horja Bius mencakup pengukuhan status sosial / kedudukan seseorang, termasuk juga sebagai legalisasi kepemilikan suatu negeri (Bius) oleh seseorang yang disertai sumpah dan perjanjian. Perhelatan ini wajib disaksikan oleh seluruh kerabat keluarga beserta penguasa tetangganya, sekaligus untuk menentukan tapal batas, ahli waris dan status para penduduk pendatang di negeri tersebut. Di Silalahi Nabolak, Raja Silahisabungan bertindak sebagai Raja Bius (Penguasa negeri) atau Suhut ni Huta , sekali lagi, paling tidak dalam hal ini telah mengukuhkan fakta kuat bahwa status Silahisabungan bukan sebagai pendatang di Silalahi Nabolak, tetapi sebagai pemilik. 7 (tujuh) anak-anak Raja Silahisabungan berkembang di Silalahi Nabolak, yaitu Lohoraja, Tungkirraja, Sondiraja, Butarraja, Dabaribaraja, Debangraja dan Baturaja. Ketujuh anak-anak Raja Silahisabungan ini terlahir dari seorang Ibu yang bernama Pingganmatio Batangari. Sementara Raja Silahisabungan memiliki seorang putra yang lain, yang terlahir dari seorang putri Raja Mangarerak ( Nairasaon ) bernama Boru Simailingiling, yaitu bernama Tambunraja. 

Berurutan, 8 (delapan) anak-anak Raja Silahisabungan , secara umum diuraikan sebegaima dibawah ini :
1] LOHO RAJA  ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIHALOHO)
2] TUNGKIR RAJA  ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG ).
3] SONDI RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA RUMA SONDI, RUMASINGAP, SILALAHI, SIHALOHO, SINABUTAR, SINABANG, SINAGIRO, NAIBORHU, NADAPDAP, SINURAT, DOLOK SARIBU )
4] BUTAR RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABUTAR ).
5] DABARIBA RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABARIBA )
6] DEBANG RAJA ( KETURUNANYA MEMAKAI MARGA SIDEBANG )
7] BATU RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA PINTUBATU, SIGIRO
8] TAMBUN RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA TAMBUN DAN TAMBUNAN, DAULAY )

Catatan :
Pemakaian marga Silalahi umumnya dalam keturunan Silahisabungan berlaku di luar Silalahi Nabolak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan dari negeri (bius) Silalahi Nabolak diotonomi Dairi saat ini.
Sehingga marga Silalahi disebutkan juga sebagai marga parsadaan, namun dalam konteks sosial dan kekerabatan sesama keturunan Silahisabungan, mereka tetap menggunakan asal turpuk mereka. Misalnya : Silalahi Sigiro, Silalahi Sihaloho, Silalahi Sinabang, Silalahi Sinurat, dll.
Konon sebutan marga Silalahi Raja tidak termasuk dalam konteks ini dan ini dianggap pembangkang dan umumnya kelompok Silalahi Raja tidak sejalan dengan keturunan Silahi Sabungan lainnya. Keturunan Raja Silahisabungan diaspora Silalahi Nabolak / Hinalang Silalahi Pagarbatu Balige selalu berpedoman dengan tarombo Silahisabungan di SIlalahi Nabolak, dimana Raja Silahisabungan mempunyai 2 Istri dan 8 keturunannya, serta Poda Sagu-sagu Marlangan sebagai Ikatan Kekeluargaannnya.
Kelompok Silalahi Raja dianggap perusak tatanan yang telah berlaku sejak dahulu di Silalahi Nabolak. Namun begitu, itu tidaklah penting, karena semua telah mengetahui tentang "gerakan bawah" mereka di tubuh keturunan Raja Silahisabungan.

1 komentar:

anonyms mengatakan...

saya marga sidebang, tapi karena disamosir marga kami jd marga sinabang.
dan orang disamosir mengenal marga sidebang itu adalah sinabang.
akan tetapi di tanah perantauan bila mana jumpa dengan marga rumah sondi maka kami mau berdebat karena dia bilang marga kami anak dr marganya.
saya tidak terima karna itu artinya kasta kami sebagai sidebang/sinabang turun satu kasta.