Kamis, 11 November 2010

SILAHISABUNGAN, RAJA BIUS SILALAHI NABOLAK

Dalam tarombo Toba dikatakan bahwa Silahisabungan adalah putra Sorbadibanua, di Toba Holbung, Balige ( terlepas kalau ini memang konon ). Dari Balige, Silahi Sabungan kemudian berpetualang ke sebuah tempat yang kemudian beri nama Huta Lahi, yang sekarag ini dikenal dengan Silalahi Nabolak. Silahisabungan meninggalkan Toba Holbung, Balige, bukanlah tanpa alasan. Adalah ketetapan hati ( komitmen ) Silahisabungan setelah ia bersengketa dengan kakak sekandungnya sendiri, Sibagot Ni Pohan. Sebagaimana namanya , Sabungan, yang berarti gigih atau handal, Silahisabungan merasa tidak sanggup bila berdampingan dengan kakak sekandungnya lagi, mengingat “kecurangan” yang telah diperbuat Sibagot Ni Pohan. 

Silahisabungan pastilah seorang yang memiliki komitmen dan konsistensi. Akan lebih baik bagi Silahisabungan pergi meninggalkan kampung halamannya, Lumban Gorat Balige, untuk menghindari pertikaian yang berkepanjangan seumur hidupnya terhadap Sibagot Ni Pohan. Komitmen ini pulalah yang diikuti adik-adiknya, Siraja Oloan dan Sipaettua. Mereka memang merupakan korban muslihat Sibagot Ni Pohan. Komitmen Raja Silahisabungan-lah yang kemudian diikuti olah kedua adiknya untuk bersama-sama meninggalkan Toba Holbung Balige, pergi kedaerah baru untuk mereka diami ( catatan Tumbaga Holing ).
Siraja Oloan akhirnya memilih tinggal di Laguboti dan Sipaettua memilih tinggal di Pangururan Samosir dan kemudian berpindah ke Bakkara. Sementara, Silahisabungan terus melanjutkan perjalanan dan sampai tiba di belantara Pakpak Dairi, dan kemudian menamainya huta Lahi, dan keturunannya kemudian menamainya dengan Silalahi Nabolak karena begitu luasnya wilayah kekuasaan Raja Silahisabungan ini. Nama Silalahi juga diabadikan sebagai nama sebuah Kecamatan dan Desa di otonomi Kabupaten Dairi.

Silahisabungan menciptakan satu norma Integrasi yang visioner bagi keturunannya , yatu Poda Sagu-sagu Marlangan. Satu poda yang sangat berbeda dengan yang lain, dan bahkan ini menjadi satu ikon positf bagi keturunan marga-marga lain. Poda Sagu-sagu Marlangan, poda yang ditujukan hanya bagi keturunannya, 8 (delapan) anak  Raja Silahsabungan dari 2 (dua) istrinya, yang mana diantara keturunan 8 anaknya kelak adalah satu, sedarah dan sedaging yang tidak boleh saling nikah-menikahi. Akan sangat berbeda bila ditinjau dari kebiasaan Toba Holbung, yang membesakan saling nikah-menikahi meski masih dalam satu garis keturunan. Hal ini pula yang sempat terjadi dalam internal Pomparan Tambun Raja atau Raja Tambun yang berdiam di Toba Holbung. Antara keturunan Raja Tambun sempat saling nikah-menikahi. Namun saat ini itu tidak terjadi lagi dan telah ditetapkan bahwa mereka akan mematuhi sebagaimana ikhwal Poda Sagu-sagu marlangan. Manusia memang penuh kekurangan dan khilaf. Itu sebabnya, persepsi negatif yang pernah “tabu” diantara keturunan marga Tambun atau Tambunan telah dikubur dalam-dalam. 

HORJA BIUS SILALAHI NABOLAK
Dahulu kala, adalah umum dalam kultur Toba diadakan perhelatan yang namanya Horja Bius (dijaman sekarang ini, perhelatan seperti ini tak akan pernah kita temui lagi). Horja Bius dijadikan kultur tingkat paling tinggi dan sangat sakral, oleh sebab itu Horja Biuas hanya dilakukan tertentu oleh orang yang memiliki status sosial tertentu pula. Horja Bius mencakup pengukuhan status sosial / kedudukan seseorang, termasuk juga sebagai legalisasi kepemilikan suatu negeri (Bius) oleh seseorang yang disertai sumpah dan perjanjian. Perhelatan ini wajib disaksikan oleh seluruh kerabat keluarga beserta penguasa tetangganya, sekaligus untuk menentukan tapal batas, ahli waris dan status para penduduk pendatang di negeri tersebut. Di Silalahi Nabolak, Raja Silahisabungan bertindak sebagai Raja Bius (Penguasa negeri) atau Suhut ni Huta , sekali lagi, paling tidak dalam hal ini telah mengukuhkan fakta kuat bahwa status Silahisabungan bukan sebagai pendatang di Silalahi Nabolak, tetapi sebagai pemilik. 7 (tujuh) anak-anak Raja Silahisabungan berkembang di Silalahi Nabolak, yaitu Lohoraja, Tungkirraja, Sondiraja, Butarraja, Dabaribaraja, Debangraja dan Baturaja. Ketujuh anak-anak Raja Silahisabungan ini terlahir dari seorang Ibu yang bernama Pingganmatio Batangari. Sementara Raja Silahisabungan memiliki seorang putra yang lain, yang terlahir dari seorang putri Raja Mangarerak ( Nairasaon ) bernama Boru Simailingiling, yaitu bernama Tambunraja. 

Berurutan, 8 (delapan) anak-anak Raja Silahisabungan , secara umum diuraikan sebegaima dibawah ini :
1] LOHO RAJA  ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIHALOHO)
2] TUNGKIR RAJA  ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SITUNGKIR, SIPANGKAR, SIPAYUNG ).
3] SONDI RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA RUMA SONDI, RUMASINGAP, SILALAHI, SIHALOHO, SINABUTAR, SINABANG, SINAGIRO, NAIBORHU, NADAPDAP, SINURAT, DOLOK SARIBU )
4] BUTAR RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABUTAR ).
5] DABARIBA RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA SIDABARIBA )
6] DEBANG RAJA ( KETURUNANYA MEMAKAI MARGA SIDEBANG )
7] BATU RAJA (KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA PINTUBATU, SIGIRO
8] TAMBUN RAJA ( KETURUNANNYA MEMAKAI MARGA TAMBUN DAN TAMBUNAN, DAULAY )

Catatan :
Pemakaian marga Silalahi umumnya dalam keturunan Silahisabungan berlaku di luar Silalahi Nabolak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan dari negeri (bius) Silalahi Nabolak diotonomi Dairi saat ini.
Sehingga marga Silalahi disebutkan juga sebagai marga parsadaan, namun dalam konteks sosial dan kekerabatan sesama keturunan Silahisabungan, mereka tetap menggunakan asal turpuk mereka. Misalnya : Silalahi Sigiro, Silalahi Sihaloho, Silalahi Sinabang, Silalahi Sinurat, dll.
Konon sebutan marga Silalahi Raja tidak termasuk dalam konteks ini dan ini dianggap pembangkang dan umumnya kelompok Silalahi Raja tidak sejalan dengan keturunan Silahi Sabungan lainnya. Keturunan Raja Silahisabungan diaspora Silalahi Nabolak / Hinalang Silalahi Pagarbatu Balige selalu berpedoman dengan tarombo Silahisabungan di SIlalahi Nabolak, dimana Raja Silahisabungan mempunyai 2 Istri dan 8 keturunannya, serta Poda Sagu-sagu Marlangan sebagai Ikatan Kekeluargaannnya.
Kelompok Silalahi Raja dianggap perusak tatanan yang telah berlaku sejak dahulu di Silalahi Nabolak. Namun begitu, itu tidaklah penting, karena semua telah mengetahui tentang "gerakan bawah" mereka di tubuh keturunan Raja Silahisabungan.

ORANG KRISTEN, GANDUM DIANTARA LALANG

Matius 13 : 41-42
[41] Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
[42] Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
[43] Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"
** Ayat ini dikutib dari Alkitab TB , LAI ©1974
Pastikan anda membaca kutipan ayat-ayat Firman Tuhan dari Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) , karena banyak kutipan ayat-ayat Alkitab yang tidak bersesuaian dan tidak direkomendasikan....

Perumpamaan ini mengibaratkan bagaimana orang percaya hidup diantara orang-orang tidak percaya, dalam dunia ini. Bahkan kini didalam gereja sekalipun, secara kasat mata memang tidaklah terlihat, namun Tuhan ingatkan bahwa diantara orang percaya banyak pula orang-orang tidak percaya [berpura-pura/tidak sungguh-sungguh]. Tuhan tau dan pada akhirnya, Yesus, Anak Allah akan menitahkan para malaikatnya untuk memisahkan orang percaya dan orang tidak percaya.

Gereja yang Tuhan maksudkan disini adalah anak-anak Kerajaan Sorga, yaitu orang-orang percaya dan melakukan kehendak TUHAN. Karena banyak orang percaya namun tidak sungguh-sungguh melalkukan kehendak TUHAN ! Manusia tentu dapat hidup menurut pikiran dan akal yang dikaruniakan kepadanya. Namun orang-orang yang tidak mengandalkan pikiran dan akal (logika) manusiawi-lah yang menjadi orang-orang melakukan kehendak TUHAN, yang mengandalkan Tuhan atas hidupnya.

Dalam gereja ada banyak system dan metode yang dijalankan. Jemaat dimanage sedemikian rupa (bahkan dieksploitasi) , diarahkan dan didoktrin sesuai dengan selera para pemimpinya. Seringkali kebablasan, sehingga yang mereka lakukan ialah kehendak manusia, kemauan para pemimpinnya. Mereka mempelajari Alkitab / Taurat namun tidak menghidupinya, sama halya sebagaimana ahli kitab (golongan Farisi) Yahudi. Seolah-olah mereka memimpin jemaat kedalam keselamatan, padahal mereka membutakan manusia kedalam kegelapan !

Manusia lupa bahwa “pikiran TUHAN” tidaklah sama seperti logika manusia. Bukankah YESUS telah ingatkan kita bahwa “orang percaya “ akan dibenci oleh karena nama-Nya ? (Matius 10:22).
Pilihan ada ditangan kita. Apakah kita seperti LALANG atau GANDUM ?

Minggu, 07 November 2010

SIBUK (SENDIRI)

Manusia memang harus kreatif. Sampai tanpa kita sadari, hal-hal yang paling esensi sekalipun harus terabaikan karena kita terlalu sibuk melayani kreatifitas yang telah kita bangun , baik itu karier, bisnis dan sosial. Banyak keluarga harus berantakan karena urusan perhatian dan kasih sayang yang tergrus ! Banyak orang menjadi kemaruk dan “getol” berbuat dosa karena kemudian dibutakan Tahta, Harta dan (tidak ketinggalan) WIL atau PIL.

Salah satu hal yang paling esensi ialah hubungan kita dengan TUHAN. Dalam kitab Hagai tuliskan bagaiman ALLAH menegur umatnya (melalui Nabi Hagai) yang dibutakan oleh kemauan dan kedagingannya. Mereka mengabaikan RUMAH TUHAN, sementara mereka sibuk berusaha untuk berbenah mempercantik rumah mereka masing-masing. RUMAH TUHAN, secara rohani juga merepresentasiakn hubungan pribadi kita dengan TUHAN. Firman ini mengingatkan kita akan hubungan (keintiman) kita kepada TUHAN. Jangan sampai kita dibutakan dan mengabaikan TUHAN karena disibukkan dengan urusan “perut” atau “selera” kita sendiri.

Bacaan :
Hagai 1:4-7
[4] Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? [5] Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! [6] Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
[7] Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! [8] Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu; maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaan-Ku di situ, firman TUHAN. [9] Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku menghembuskannya. Oleh karena apa? demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumah-Ku yang tetap menjadi reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri
©Lembaga Alkitab Indonesia (Indonesian Bible Society), 1994.

Rabu, 03 November 2010

AGAR SEMUA MENDENGAR INJIL KABAR BAIK

Roma 10, (13)  Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya?

Penduduk Indonesia saat ini sudah melewati angka 250 juta jiwa. Seiring dengan itu, jumlah misionaris yang melayani di Indonesia juga bertambah. Mengapa? Sebab hati mereka gelisah (terbeban) melihat begitu banyaknya JIWA-JIWA DI INDONESIA belum mendengar KABAR BAIK tentang KRISTUS. Terlebih lagi di daerah suku-suku dalam Indonesia, yang masih jauh dari perhatian pemerintahan Indonesia.
Para misionaris rela bersusah-susah belajar bahasa Indonesia, bahkan berbahasa daerah (etnis) dengan tujuan memahami dan beradaptasi dengan budaya dan tradisi yang kental, bahkan harus hidup (bersama komunitas suku-suku dalam ) dalam waktu yang tidak singkat.

Sebagai orang INDONESIA, kita tentu sudah sangat fasih memakai bahasa kita sendiri, serta sudah sangat paham adat dan budaya yang berlaku di daerah kita tinggal. Artinya, kita memiliki modal yang jauh lebih banyak dibandingkan para misionaris asing yang memberi diri itu.
Sudah waktunya  kita turut terbeban menyampaikan kabar tentang Kristus pada orang-orang di sekitar kita tinggal? Melalui sikap, pola hidup kita sekalipun !
ORANG KRISTEN SEJATI ialah orang-orang percaya dan (taat) mengikuti ajaran KRISTUS.
Ada banyak orang-orang Kristen ( yang gagal ) saat ini malah menjadi batu sandungan lewat pola hidup, sikap mereka, orang-orang disekitar mereka malah mencibir tentan KRISTEN !
Seharusnya mereka melihat kebenaran tentang kehidupan KRISTEN dan mendengar KABAR BAIK itu  dari kita ! Mari Tubuh Kristus , Tuhan menolong setiap hamba yang mau bekerja .
GBU

Jumat, 29 Oktober 2010

ASAL MUASAL MARGA SILALAHI DI SAMOSIR

Adalah Bursokraja ( yang kemudian memberi namanya sendiri dengan Ompu Sinabang) berkelana san tiba di Pangururan.  Lalu Bursokraja mendengar ceritabahwa ada seorang puteri Raja Simbolon yang cantik rupawan dan pandai berbalas pantun dan teka-teki. Sang putri ialah Rumandangbulan Si Sindarmataniari, puteri Simbolon Tuan yang bijak mentari ) katanya memperkenalkan diri. Bursokraja ( Ompu Sinabang ) lalu bertekad untuk mencari dan menemuinya ke sebuah gubuk tempat sang putri bermain. Singkat cerita, mereka kemudian bertemu dan saling berkenalan. Bursokraja meperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah cucuc Raja Silahisabungan dari Silalahi Nabolak yang berkelana.
Mendengar nama Raja Silahisabungan ( seorang Datu Bolon, yang terkenal kesaktiaannya ), sang putri raja Simbolon Tuan menjadi terkesima. Pucuk di cinta, bulan puntiba. Cinta diantara mereka pun bersemi dan akhirnya Bursokraja dan putri Rumondang si Sindarmataniari lalu menikah.

BURSOK RAJA MENIKAHI BORU NI SIMBOLON TUAN
Suatu waktu, Sindarmataniari boru Simbolon Tuan meminta kepada Bursokraja alias Ompu Sinabang agar mereka pergi memperkenalkan diri kepada mertuanya di Silalahi Nabolak. Tetapi Bursokraja selalau berusaha mengelak dengan alasan menunggu waktu yang tepat. Namun Sindarmaaniari boru Simbolon Tuan terus mendesak dan kahirnya Bursokraja harus mencari-cari alasan. Tentusaja Bursokraja tidak ingin ketahuan bahwa ia telah terusir oleh Debangraja (orangtua Bursokraja) dari Silalahi Nabolak. Akhirnya Bursokraja tidak bisa menolak desakan Sindarmataniari boru Simbolon Tuan, dengan satu syarat : Sebelum ke Silalahi Nabolak, terlebih dahulu mereka ke Balige untuk menemui kakak Bursokraja, yaitu Raja Parmahan ( Raja Bunga-bunga ) Silalahi di Balige,  agar mereka kemudian bersama-sama menuju Silalahi Nabolak. Mendengar alasan yang measuk akal, Sindang mataniari lalu setuju dan kemudian mereka menyepakati waktu untuk berangkat menuju Balige.

BURSOKRAJA DOHOT SIBORU SIMATUPANG
Waktu yang disepakati telah tiba. Bursokraja dan Sindarmataniari boru Simbolon Tuan kemudian berpamitan kepada orangtuanya dan meninggalkan Pangururan menuju Balige. Dalam perjalanan menuju Balige, tepatnya di negeri Muara, tengah terjadi perang diantara kelompok Toga Sianturi ( Simatupang ) dengan pihak lain. Singkat cerita, kelompok terpukul dan lari tunggang-langgang sampai ke tengah danau dan akhirnya ditolong oleh Bursokraja yang tengah lewat. Mereka kemudian mengetahui Bursokraja adalah cucu Raja Silahisabungan,  lalu kelompok Toga Sianturi lalu memohon bantuan Bursokraja untuk membantu mereka berperang. Bursokraja lalau bersedia, lalu ia menepi menuju Muara. Mendengar kedatangan keturunan Raja Silahisabungan, musuh Toga Sianturi lalu ketakukan dan tunggang-langgang melarikan diri.
Karena jasa Ompu Sinabang dan untuk menjaga keamanan negeri, Toga Sianturi mengawinkan putrinya, Siboru Anting Haomasan dengan Ompu Sinabang (Bursokraja).

Pada suatu ketika istrinya Siboru Anting Haomasan meminta agar mereka pergi menjumpai mertuanya di Silalahi Nabolak. Akhirnya Bursokraja bersama kedua istrinya berangkat meninggalkan Muara, menyusuri perairan Lontung. Ketika mereka melintas di perairan Ambarita, Bursokraja alias Ompu Sinabang melihat orang-orang yang melambai- lambaikan tangan kearah mereka. Perahu merekapun akhirnya berggas mendekati Ambarita. Ternyata saat itu ada upacara “ Manarsar Lambe “ ( menyembah dewa laut ) yang dilakukan penduduk negeri Ambarita, sekaligus mengadakan Horja Sakti Mangalahat Horbo Bius di Ambarita.
Penduduk negeri Ambarita - yang terdiri dari marga Sidabutar, Siallagan dan Rumahorbo (keturunan Nai Ambaton ) beserta marga Manik (keturunan Silauraja) – segera  berkenalan dengan Ompu Sinabang beserta kedua istrinya, Siboru Sindaramataniari boru Simbolon Tuan dan Sibaru Anting Haomasan boru Simatupang. Mengetahui Bursokraja alias Ompu Sinabang memperistrikan Siboru Simbolon Tuan, maka penduduk Ambarita keturunan Nai Ambaton sangat terkejut sekaligus gembira karana dengan begitu akan melengkapi pesta di Ambarita, dimana putri Simbolon Tuan ( yang juga keturunan Nai Ambaton ) ada bersama mereka. Dalam pesta tersebut, Bursokraja alias Ompu Sinabang kemudian dinobatkan sebagai Boru Bius Ambarita. Sebagai tanda kekerabatannya, Sebagai bukti Boru Bius Ambarita, Bursokraja alias Ompu Sinabang kemudian dihadiahi oleh Raja Bius Ambarita (keturunanan Nai Ambaton) menghadiahi tanah di negeri Tolping untuk didiami Bursokraja beserta keturunannya kelak. Dengan segala upaya Bursokraja alias Ompu Sinabang kemudian membujuk Siboru Sindarmataniari dan Siboru Anting Haomasan untuk bersedia membatalkan niat mereka menuju Silalahi Nabilak dan menetap di negeri Tolping. Namun akhirnya mereka kemudian bersedia menetap di negeri Tolping, Ambarita.

Setelah menetap sekian lama di negeri Tolping, kedua istrik Bursokraja kemudian mengandung. Dalam usia kehamilannya yang sudah tua, Siboru Sindarmataniari kemudian memeohon kepada Bursokraja untuk pulang ke Pangururan dan ingin melahirkan disana. Karena tidak mungkin untuk tinggal serumah bersama dengan Siboru Anting Haomasan yang sama-sama akan melahirkan juga. Akhirnya mereka mencapai suatu kesepakatan, Siboru Sindaramatianri kemudian meninggalkan negeri Tolping menuju Pangururan.

Selang beberapa hari tiba di negeri Pangururan, Siboru Sindarmataniari lalu melahirkan anak laki-laki. Lalu tidak berapa lama kemudian mereka kedatangan tamu ( utusan dari Tolping ) yang mengabarkan bahwa Siboru Anting Haomasan telah melahirkan seorang si bursok ( bahasa Toba, bursok = panggilan untuk anak laki-laki )  di Tolping. Ketika keluarga Simbolon Tuan menyebut panggilan si bursok, spontan Ompu Sinabang alias Bursokraja kemudian tersinggung dan mengingatkan untuk tidak lagi menyebut nama bursok, karena sesuai namanya, Bursokraja. Sejak itu pula, nama anak yang baru dilahirkan oleh Siboru Sindarmataniari dinamai si Pantang. Sejak saat itu pula, sudah kebiasaan keturunan marga Silalahi di Pangururan tidak memanggila anak laki-laki dengan panggilan si bursok.

AWAL KEBERADAAN MARGA SILALAHI DI SAMOSIR
Sehingga demikianlah legenda keberadaan asal muasal marga Silalahi di Panguruan dan Tolping. Si Pantang kemudian tetap tinggal hingga dewasa di Pangururan dan memakai marga Silalahi sampai hari ini. Di negeri Tolping, putra Bursokraja alias Ompu Sinabang diberi nama Partada, karena Ompu Sinabang mendidiknya dengan ilmu bela diri ( martada ). Keturunan Partada juga memakai marga Silalahi mendiami negeri Tolping sampai hari ini.

Seiring waktu , keturunan Partada ( marga Silalahi ) kemudian uturn temurun mendiami negeri Tolping, negeri yang masuk dalam bagian Bius Ambarita. Namun kemudian, banyak pendatang ( keturunan Raja Silahisabungan dari Silalahi Nabolak, Sibisa dan Buhit ) yang kemudian menetap di Tolping. Sehingga keturunan Raja Silahi Sabungan ini memenuhi negeri Tolping. Sehingga akhirnya negeri Tolping melepaskan diri dari Bius Ambarita dan mendirikan Bius tersendiri, yaitu Bius Tolping.

Adapun penguasa ( Raja-raja Adat Bius ) di negeri Tolping adalah :

1. Pande Bona Ni Ari ( kelmpok marga Sihahoho, dari negeri Sibisa )
2. Pande Nabolon ( kelompok marga Silalahi, dari Sibisa )
3. Raja Panuturi ( kelompok marga Silalahi, keturunan Partada, dari Pangururan )
4. Raja Panullang ( kelompok marga Sigiro, dari Buhit, Parbaba Pangururan).

Dengan terbentuknya Bius Tolping, maka keturunan Raja Silahisabungan telah mendiami tanah Samosir sepanjang Parbaba Pangururan sampai ke negeri Tolping, Ambarita.

Kamis, 28 Oktober 2010

JR SARAGIH SAMBANGI MANTAN BUPATI SIMALUNGUN


“Mari mendukung pimpinan Simalungun yang baru dan bersama-sama membangun daerah ini ke arah yang lebih baik,” demikian kata T.Zulkarnain Damanik saat menerima kunjungan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun 2010-2015 terpilih, JR Saragih dan Nuriaty Damanik, ke rumah Dinas Bupati Simalungun, Jl. Perintis Kemerdekaan, Pematang Siantar.

MEMINTA MAAF
Sementara itu,  Bupati Simalungun terpilih periode 2010-2015, JR Saragih mengucapkan terima kasih kepada mantan Bupati Simalungun , T.Zulkarnain Damanik, karena telah menerima dan menyambutnya dengan baik bersama istri dan keluarga. JR Saragih  juga menyampaikan maaf  kepada Zulkarnain Damanik bila selama proses Pemilukada yang lalu terdapat kesalahpahaman terhadap dirinya, dan berharap tetap dapat berkerjasama membangunan Kabupaten Simalungun dimasa mendatang.
Silahturrahmi kali ini dihadiri Ketua DPRD Simalungun, Binton Tindaon, Plt Sekda Mahrum Sipayung, Sekwan Frisdar Sitio.

PROGRAM JR SARAGIH
JR Saragih juga memberikan tanggapan terkait isu-isu yang berkembang mengenai  pergantian pejabat di jajaran SKPD Pemkab Simalungun. Lebih jauh JR Saragih berpendapat bahwa dirinya tidak akan terburu-buru lakukan pergantian, dan akan melihat kinerja serta menganalisa, jajaran pegawai  yang memegang jabatan.
Menyinggung tentang prioritas program kerja ke depan, JR Saragih mengatakan akan berprioritas menyelesaiakan masalah internal di Simalungun, terutama infrastruktur transportasi jalan. JR Saragih berpendapat bahwa segmen ini sangat membutuh perhatian serius.. Dia juga mengatakan, beberapa hari lalu dirinya sudah bertemu dengan Menteri PU dan mendapat respons yang baik.

JOPINUS-NURIATY RESMI PIMPIN SIMALUNGUN

Dr Jopinus Ramli (JR) Saragih SH MM- Hj Nuriaty Damanik SH, telah resmi dilantik sebagai Bupati dan  Wakil Bupati Simalungun masa jabatan 2010-2015. Pelantikan yang dipimpin Wakil Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pudjo Nugroho ST,  berlangsung di Gedung DPRD Simalungun, Pamatang Raya, Kamis ( 28/10). 
SERAH TERIMA JABATAN

Dalam pelaksanaan pelantikan tersebut juga sekaligus dilangsungkan serah terima jabatan Bupati Simalungun dari pejabat lama Drs T Zulkarnain Damanik MM kepada pejabat baru Dr JR Saragih SH MM yang ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima jabatan dan penyerahan buku memory jabatan Bupati Simalungun dan disaksikan oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pudjo Nugroho ST.
RAKYAT SIMALUNGUN ANTUSIAS
Acara pelantikan Bupati Simalungun kali ini tampaknya sangat spesial. Hal ini terlihat dari antusiasme rakyat Simalungun yang hadir. Ribuan massa yang hadir turut melantunkan lahu HABONARON DO BONA. Tampak hadir juga para tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama se-Kab. Simalungun.  Tampak pula  para petinggi TNI diantaranya Letjen TNI Romulo (Setjen Dewan Pertimbangan Presiden), Mayjen TNI Sulaeman AB, Mayjen TNI MR Saragih, Mayjen Subagja, Mayjen TNI Nahroi, Mayjen Hendaroji, Brigjen TNI Darmadi, Brigjen TNI Siswanto, Brigjen TNI RM Purba, Brigjen Bambang Subagyo, Dirjen Depkes Dr Ratna Rosita Hendardji MPHM,  Mantan Menteri Pertanian Prof Bungaran Saragih, serta unsur Muspida  Prov. Sumut.