Dalam buku Pusataha Tarigot Tarombo Ni Bangso Batak ( 1926) yang disusun Demang Waldemar Hutagalung dari Pangururan, dikatakan Busokraja adalah putera sulung Sinabang, yang membuat namanya Ompu Sinabang dan kemudian hari menjadi Ompu Lahisabungan.
Dikatan, Debangraja atau Sidebang atau Sinabang menika dengan Panamean (boru) Sagala dan mempunyai anak (semuanya laki-laki). Sejak lahir sampai dewasa , ke 4 (empat) anak ini belum dibuat namanya sehingga semuannya selalu dipanggil si bursok ( bahasa Toba, Bursok=Ucok, panggilan umum untuk anak laki-laki ). Apabila orangtuanya atau temannya memanggil "bursok" mereka pastilah menjawab bersamaan, sehingga ke empar kakak-beradik ini sering dipermalukan dalam pergaulannya dan ini menimbulkan rasa kesal mereka.
Suatu ketika setelah mereka telah remaja, anak sulung Debangraja mengumpulkan para adiknya dan berkata : ” Dengar,orang tua tidak membuat nama kita. Bagaimana kalau kita memilih nama masing-masing , supaya tidak malu lagi sama teman-teman kita. Kita hampir dewasa tidak pantas lagi dipanggil Sibursok,” katanya. Para adiknya semua setuju, namun mereka menetapkan sebuah perjanjian, apabila kelak orangtua mereka tidak setuju dan marah, maka diantara mereka tidak boleh saling menuduh dan mengakuinya kepada orangtuan mereka, Debangraja. Dan sumpah mereka dalam perjanjian itu ialah :
"...dengke ni Sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise siose padan tu riburna tu magona... “
Artinya kira-kira , " barangsiapa yang melanggar janji akan hidup sengsara sampai kepada keturunannya kelak." Singkatnya, sang anak sulung memilih nama Ompu Sinabang, anak ke dua memilih nama Ari, anak ke tiga memilih nama Taon, anak ke empat memiling nama Badung. Tanpa dinyana, nama Ompu Sinabang kemudian menjadi masalah karena Debangraja menganggapnya tidak wajar, karena Debangraja akan memanggil anaknya dengan nama Ompu (bahasa Toba, Ompu=Kakek). Namun sang anak sulung tetap kukuh ketika Debangraja memaksa supaya nama Ompu Sinabang diganti dengan yan lain. Akhirnya Debangraja habis kesabarannnya, dengan sangat marah, Debangraja kemudian mengusir sang sulung, Ompu Sinabang, dari hadapannya, dari Silalahi Nabolak.
Ompu Sinabang kemudian pergi menyusuri Tao Silalahi menuju arah Tano Ponggol Pangururan, Samosir. Ompu Sinabang sebenarnya bermaksud meuju Balige. Toba Holbung, untuk menemui kakaknya, Raja Bunga-bunga alias Raja Parmahan yang telah di angkat sebagai anak raja oleh Sibagot Nipohan di Balige.
Namun niat Ompu Sinabang terhadang karena kemudian hatinya tertawan seorang putri Simbolon di Pangururan . ( dalam kisah selanjutnya ).
Namun niat Ompu Sinabang terhadang karena kemudian hatinya tertawan seorang putri Simbolon di Pangururan . ( dalam kisah selanjutnya ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar