Jumat, 29 Oktober 2010

ASAL MUASAL MARGA SILALAHI DI SAMOSIR

Adalah Bursokraja ( yang kemudian memberi namanya sendiri dengan Ompu Sinabang) berkelana san tiba di Pangururan.  Lalu Bursokraja mendengar ceritabahwa ada seorang puteri Raja Simbolon yang cantik rupawan dan pandai berbalas pantun dan teka-teki. Sang putri ialah Rumandangbulan Si Sindarmataniari, puteri Simbolon Tuan yang bijak mentari ) katanya memperkenalkan diri. Bursokraja ( Ompu Sinabang ) lalu bertekad untuk mencari dan menemuinya ke sebuah gubuk tempat sang putri bermain. Singkat cerita, mereka kemudian bertemu dan saling berkenalan. Bursokraja meperkenalkan dirinya, bahwa ia adalah cucuc Raja Silahisabungan dari Silalahi Nabolak yang berkelana.
Mendengar nama Raja Silahisabungan ( seorang Datu Bolon, yang terkenal kesaktiaannya ), sang putri raja Simbolon Tuan menjadi terkesima. Pucuk di cinta, bulan puntiba. Cinta diantara mereka pun bersemi dan akhirnya Bursokraja dan putri Rumondang si Sindarmataniari lalu menikah.

BURSOK RAJA MENIKAHI BORU NI SIMBOLON TUAN
Suatu waktu, Sindarmataniari boru Simbolon Tuan meminta kepada Bursokraja alias Ompu Sinabang agar mereka pergi memperkenalkan diri kepada mertuanya di Silalahi Nabolak. Tetapi Bursokraja selalau berusaha mengelak dengan alasan menunggu waktu yang tepat. Namun Sindarmaaniari boru Simbolon Tuan terus mendesak dan kahirnya Bursokraja harus mencari-cari alasan. Tentusaja Bursokraja tidak ingin ketahuan bahwa ia telah terusir oleh Debangraja (orangtua Bursokraja) dari Silalahi Nabolak. Akhirnya Bursokraja tidak bisa menolak desakan Sindarmataniari boru Simbolon Tuan, dengan satu syarat : Sebelum ke Silalahi Nabolak, terlebih dahulu mereka ke Balige untuk menemui kakak Bursokraja, yaitu Raja Parmahan ( Raja Bunga-bunga ) Silalahi di Balige,  agar mereka kemudian bersama-sama menuju Silalahi Nabolak. Mendengar alasan yang measuk akal, Sindang mataniari lalu setuju dan kemudian mereka menyepakati waktu untuk berangkat menuju Balige.

BURSOKRAJA DOHOT SIBORU SIMATUPANG
Waktu yang disepakati telah tiba. Bursokraja dan Sindarmataniari boru Simbolon Tuan kemudian berpamitan kepada orangtuanya dan meninggalkan Pangururan menuju Balige. Dalam perjalanan menuju Balige, tepatnya di negeri Muara, tengah terjadi perang diantara kelompok Toga Sianturi ( Simatupang ) dengan pihak lain. Singkat cerita, kelompok terpukul dan lari tunggang-langgang sampai ke tengah danau dan akhirnya ditolong oleh Bursokraja yang tengah lewat. Mereka kemudian mengetahui Bursokraja adalah cucu Raja Silahisabungan,  lalu kelompok Toga Sianturi lalu memohon bantuan Bursokraja untuk membantu mereka berperang. Bursokraja lalau bersedia, lalu ia menepi menuju Muara. Mendengar kedatangan keturunan Raja Silahisabungan, musuh Toga Sianturi lalu ketakukan dan tunggang-langgang melarikan diri.
Karena jasa Ompu Sinabang dan untuk menjaga keamanan negeri, Toga Sianturi mengawinkan putrinya, Siboru Anting Haomasan dengan Ompu Sinabang (Bursokraja).

Pada suatu ketika istrinya Siboru Anting Haomasan meminta agar mereka pergi menjumpai mertuanya di Silalahi Nabolak. Akhirnya Bursokraja bersama kedua istrinya berangkat meninggalkan Muara, menyusuri perairan Lontung. Ketika mereka melintas di perairan Ambarita, Bursokraja alias Ompu Sinabang melihat orang-orang yang melambai- lambaikan tangan kearah mereka. Perahu merekapun akhirnya berggas mendekati Ambarita. Ternyata saat itu ada upacara “ Manarsar Lambe “ ( menyembah dewa laut ) yang dilakukan penduduk negeri Ambarita, sekaligus mengadakan Horja Sakti Mangalahat Horbo Bius di Ambarita.
Penduduk negeri Ambarita - yang terdiri dari marga Sidabutar, Siallagan dan Rumahorbo (keturunan Nai Ambaton ) beserta marga Manik (keturunan Silauraja) – segera  berkenalan dengan Ompu Sinabang beserta kedua istrinya, Siboru Sindaramataniari boru Simbolon Tuan dan Sibaru Anting Haomasan boru Simatupang. Mengetahui Bursokraja alias Ompu Sinabang memperistrikan Siboru Simbolon Tuan, maka penduduk Ambarita keturunan Nai Ambaton sangat terkejut sekaligus gembira karana dengan begitu akan melengkapi pesta di Ambarita, dimana putri Simbolon Tuan ( yang juga keturunan Nai Ambaton ) ada bersama mereka. Dalam pesta tersebut, Bursokraja alias Ompu Sinabang kemudian dinobatkan sebagai Boru Bius Ambarita. Sebagai tanda kekerabatannya, Sebagai bukti Boru Bius Ambarita, Bursokraja alias Ompu Sinabang kemudian dihadiahi oleh Raja Bius Ambarita (keturunanan Nai Ambaton) menghadiahi tanah di negeri Tolping untuk didiami Bursokraja beserta keturunannya kelak. Dengan segala upaya Bursokraja alias Ompu Sinabang kemudian membujuk Siboru Sindarmataniari dan Siboru Anting Haomasan untuk bersedia membatalkan niat mereka menuju Silalahi Nabilak dan menetap di negeri Tolping. Namun akhirnya mereka kemudian bersedia menetap di negeri Tolping, Ambarita.

Setelah menetap sekian lama di negeri Tolping, kedua istrik Bursokraja kemudian mengandung. Dalam usia kehamilannya yang sudah tua, Siboru Sindarmataniari kemudian memeohon kepada Bursokraja untuk pulang ke Pangururan dan ingin melahirkan disana. Karena tidak mungkin untuk tinggal serumah bersama dengan Siboru Anting Haomasan yang sama-sama akan melahirkan juga. Akhirnya mereka mencapai suatu kesepakatan, Siboru Sindaramatianri kemudian meninggalkan negeri Tolping menuju Pangururan.

Selang beberapa hari tiba di negeri Pangururan, Siboru Sindarmataniari lalu melahirkan anak laki-laki. Lalu tidak berapa lama kemudian mereka kedatangan tamu ( utusan dari Tolping ) yang mengabarkan bahwa Siboru Anting Haomasan telah melahirkan seorang si bursok ( bahasa Toba, bursok = panggilan untuk anak laki-laki )  di Tolping. Ketika keluarga Simbolon Tuan menyebut panggilan si bursok, spontan Ompu Sinabang alias Bursokraja kemudian tersinggung dan mengingatkan untuk tidak lagi menyebut nama bursok, karena sesuai namanya, Bursokraja. Sejak itu pula, nama anak yang baru dilahirkan oleh Siboru Sindarmataniari dinamai si Pantang. Sejak saat itu pula, sudah kebiasaan keturunan marga Silalahi di Pangururan tidak memanggila anak laki-laki dengan panggilan si bursok.

AWAL KEBERADAAN MARGA SILALAHI DI SAMOSIR
Sehingga demikianlah legenda keberadaan asal muasal marga Silalahi di Panguruan dan Tolping. Si Pantang kemudian tetap tinggal hingga dewasa di Pangururan dan memakai marga Silalahi sampai hari ini. Di negeri Tolping, putra Bursokraja alias Ompu Sinabang diberi nama Partada, karena Ompu Sinabang mendidiknya dengan ilmu bela diri ( martada ). Keturunan Partada juga memakai marga Silalahi mendiami negeri Tolping sampai hari ini.

Seiring waktu , keturunan Partada ( marga Silalahi ) kemudian uturn temurun mendiami negeri Tolping, negeri yang masuk dalam bagian Bius Ambarita. Namun kemudian, banyak pendatang ( keturunan Raja Silahisabungan dari Silalahi Nabolak, Sibisa dan Buhit ) yang kemudian menetap di Tolping. Sehingga keturunan Raja Silahi Sabungan ini memenuhi negeri Tolping. Sehingga akhirnya negeri Tolping melepaskan diri dari Bius Ambarita dan mendirikan Bius tersendiri, yaitu Bius Tolping.

Adapun penguasa ( Raja-raja Adat Bius ) di negeri Tolping adalah :

1. Pande Bona Ni Ari ( kelmpok marga Sihahoho, dari negeri Sibisa )
2. Pande Nabolon ( kelompok marga Silalahi, dari Sibisa )
3. Raja Panuturi ( kelompok marga Silalahi, keturunan Partada, dari Pangururan )
4. Raja Panullang ( kelompok marga Sigiro, dari Buhit, Parbaba Pangururan).

Dengan terbentuknya Bius Tolping, maka keturunan Raja Silahisabungan telah mendiami tanah Samosir sepanjang Parbaba Pangururan sampai ke negeri Tolping, Ambarita.

Kamis, 28 Oktober 2010

JR SARAGIH SAMBANGI MANTAN BUPATI SIMALUNGUN


“Mari mendukung pimpinan Simalungun yang baru dan bersama-sama membangun daerah ini ke arah yang lebih baik,” demikian kata T.Zulkarnain Damanik saat menerima kunjungan pasangan Bupati dan Wakil Bupati Simalungun 2010-2015 terpilih, JR Saragih dan Nuriaty Damanik, ke rumah Dinas Bupati Simalungun, Jl. Perintis Kemerdekaan, Pematang Siantar.

MEMINTA MAAF
Sementara itu,  Bupati Simalungun terpilih periode 2010-2015, JR Saragih mengucapkan terima kasih kepada mantan Bupati Simalungun , T.Zulkarnain Damanik, karena telah menerima dan menyambutnya dengan baik bersama istri dan keluarga. JR Saragih  juga menyampaikan maaf  kepada Zulkarnain Damanik bila selama proses Pemilukada yang lalu terdapat kesalahpahaman terhadap dirinya, dan berharap tetap dapat berkerjasama membangunan Kabupaten Simalungun dimasa mendatang.
Silahturrahmi kali ini dihadiri Ketua DPRD Simalungun, Binton Tindaon, Plt Sekda Mahrum Sipayung, Sekwan Frisdar Sitio.

PROGRAM JR SARAGIH
JR Saragih juga memberikan tanggapan terkait isu-isu yang berkembang mengenai  pergantian pejabat di jajaran SKPD Pemkab Simalungun. Lebih jauh JR Saragih berpendapat bahwa dirinya tidak akan terburu-buru lakukan pergantian, dan akan melihat kinerja serta menganalisa, jajaran pegawai  yang memegang jabatan.
Menyinggung tentang prioritas program kerja ke depan, JR Saragih mengatakan akan berprioritas menyelesaiakan masalah internal di Simalungun, terutama infrastruktur transportasi jalan. JR Saragih berpendapat bahwa segmen ini sangat membutuh perhatian serius.. Dia juga mengatakan, beberapa hari lalu dirinya sudah bertemu dengan Menteri PU dan mendapat respons yang baik.

JOPINUS-NURIATY RESMI PIMPIN SIMALUNGUN

Dr Jopinus Ramli (JR) Saragih SH MM- Hj Nuriaty Damanik SH, telah resmi dilantik sebagai Bupati dan  Wakil Bupati Simalungun masa jabatan 2010-2015. Pelantikan yang dipimpin Wakil Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pudjo Nugroho ST,  berlangsung di Gedung DPRD Simalungun, Pamatang Raya, Kamis ( 28/10). 
SERAH TERIMA JABATAN

Dalam pelaksanaan pelantikan tersebut juga sekaligus dilangsungkan serah terima jabatan Bupati Simalungun dari pejabat lama Drs T Zulkarnain Damanik MM kepada pejabat baru Dr JR Saragih SH MM yang ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima jabatan dan penyerahan buku memory jabatan Bupati Simalungun dan disaksikan oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara, Gatot Pudjo Nugroho ST.
RAKYAT SIMALUNGUN ANTUSIAS
Acara pelantikan Bupati Simalungun kali ini tampaknya sangat spesial. Hal ini terlihat dari antusiasme rakyat Simalungun yang hadir. Ribuan massa yang hadir turut melantunkan lahu HABONARON DO BONA. Tampak hadir juga para tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama se-Kab. Simalungun.  Tampak pula  para petinggi TNI diantaranya Letjen TNI Romulo (Setjen Dewan Pertimbangan Presiden), Mayjen TNI Sulaeman AB, Mayjen TNI MR Saragih, Mayjen Subagja, Mayjen TNI Nahroi, Mayjen Hendaroji, Brigjen TNI Darmadi, Brigjen TNI Siswanto, Brigjen TNI RM Purba, Brigjen Bambang Subagyo, Dirjen Depkes Dr Ratna Rosita Hendardji MPHM,  Mantan Menteri Pertanian Prof Bungaran Saragih, serta unsur Muspida  Prov. Sumut.

Sabtu, 23 Oktober 2010

GUBSU SYAMSUL ARIFIN RESMI DITAHAN KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Syamsul Arifin. Syamsul ditahan sebagai tersangka korupsi kasus penyalahgunaan APBD Langkat tahun 2000-2007. Syamsul keluar dari Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (22/10/2010). Berdasarkan informasi yang berhasil diterima, Syamsul Arifin, Gubernur Sumatera Utara, akan dibawa ke Rutan Salemba. 

Plt jubir KPK Priharsa Nugraha mengatakan : “Dalam pengembangan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi terkait penggunaan dan pengelolaan kas daerah Kabupaten Langkat serta penyalahgunaan APBD Kabupaten Langkat Tahun 2000-2007 dengan tersangka beinisial SA (mantan bupati Langkat 1999-2007).”

Untuk sementara demi kepentingan penyidikan, KPK menahan Syamsul selama 20 hari terhitung sejak 22 Oktober 2010. Infoemasi yang diperoleh, atas perbuatannya SA, KPK menjeratnya dengan pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 3, dan atau Pasal 8, dan atau Pasal 13 UU 31 Tahun 1999, seperti yang diubah UU 20 Tahun 2001 Tipikor, Jo 55 ayat 1 ke 1 KUHAP.

TINGGIRAJA , WISATA CAGAR ALAM DAN AIR PANAS

Menyusuri jalan setapak pebukitan Dolok Tinggiraja, terasa sejuknya aroma alam sepanjang jalan. Sejauh mata memandang, melepaskan kekaguman akan aneka ragam tumbuhan liar belukar,  juga pohon-pohon langka yang tinggi menjulang diteduhi dedaunan hijau lebat. Pemandangan alam yang luar biasa. 

Jalan mendaki dan berliku, kemudian melintasi jalan setapak bukit kapur sampai menuju puncak dolok (Bahasa Simalungun, Dolok=Gunung) Tinggiraja. Kawah air panah bercampur belerang terhampar didepan, dengan berbagai bentuk dan warna. Kawah ini air panas ini tersebar dibebrbagai tempat. Uap panas dan bau belerang yang begitu pekat menjadi khas kawasan yang menakjubkan ini. Betul-betul alami !
Namun sayang, potensi alam ini dirasakan sangat kurang mendapat perhatian dan pemberdayaan dari pemerintah Kabupaten Simalungun dan Parawisata Prov. Sumatera Utara.
.....menjadi kesulitan tersendiri bagi Kabupaten Simalungun dalam mengupayakan membuat akses sendiri dari wilayah-wilayah Kabupaten Simalungun terdekat, mengingat medan dan letak geografis daerah Silou Kahean yang dikelilingi pegunungan.....

Sebagai hutan lindung , boleh dikatakan kawasan ini sangat terpencil. Seyogianya apabila terdapat fasilitas jalan yang memadai, lokasi ini dapat tembus ke wailayah Marubun Lokkung Dolok Silou, kemudian ke Saribu Dolok Silima Kuta dan juga ke Bangun Purba. Tinggi Raja terletak di Nagori (desa) Dolok Marawa, Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun, lebih kurang 15-20 km dari Ibukota Kecamatan Silou Kahean, Nagori Dolok, atau sekitar 80 km jarak tempuh dari kotamadya Tebing Tinggi Deli, berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai. Akses umum darat menuju lokasi ini adalah melalui Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Hal ini pulalah (mungkin) menjadi kesulitan tersendiri bagi Kabupaten Simalungun dalam mengupayakan membuat akses sendiri dari wilayah-wilayah Kabupaten Simalungun terdekat, mengingat medan dan letak geografis daerah Silou Kahean yang dikelilingi pegunungan dan lembah. Kawasan hutan lindung ini iperkirakan dengan luas areal lebih kurang 167 Ha, dan Tinggiraja merupakan kawasan cagar alam hutan lindung yang sangat penting untuk daerah hilir kawasan ini, yaitu kawasan Simalungun Kahean, Serdang Bedagai dan Deli Serdang . Sangat disayangkan memang jika akses tranportasi dan sarana fasilitas jalan menuju kawasan ini belum memadai, apalagi ketika musim penghujan, nyaris para pengunjung enggan datang karena struktur jalan yang sangat berbahaya.
( geliat Tinggiraja, Wisata Air Panas Alami , berikutnya )

Kamis, 21 Oktober 2010

SILALAHI RAJA BUKAN ANAK SULUNG RAJA SILAHISABUNGAN

SILAHISABUNGAN DI SILALAHI NABOLAK.
Dalam rangka pembangunan Tugu Raja Silahisabungan di Silalahi Nabolak, maka diadakan Musyawarah besar yang mengundang seluruh tokoh-tokoh yang mewakili seluruh 8 ketrunan Raja Silahi Sabungan di seluruh Indonesia. Dalam MUBES Raja Silahisabungan di Silalahi Nabolak 1968, sekelompok marga Silalahi dari Pematang Siantar yang mengatasnamakan utusan dari Samosir (Tolping-Pangururan) bersikeras menolak Tarombo Raja Silahi Sabungan dengan 2 Istri dan 8 Anak. Kelompok ini bersikukuh bahwa istri Raja Silahi Sabungan adalah 3 dan mereka marga SILALAHI RAJA dari Tolping/Pangururan adalah keturunannya yang sulung (buha baju) dari istri Raja Silahi Sabungan dari Boru Simbolon. Setelah berbagai pihak dan cara pendekatan dan persuasif namun gagal dan kelompok Silalahi Raja tetap kukuh. Maka penolakan dan argumentasi kelompok Silalahi Raja dianggap tidak realistis secara akal sehat (ngawur), kemudian kelompok utusan Silalahi Raja ini diusir dari MUBES Silalahi Nabolak.

MUBES di Silalahi Nabolak berlanjut dengan tetap mengacu pada Tarombo Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak bahwa Raja Silahi Sabungan hanya memiliki 2 (dua) Istri dan 8 (delapan) Keturunanannya. Fakta ini didukung dengan fakta keberadaan 8 (delapan) wilayah BIUS / ULAYAT yang diwariskan Raja Silahi Sabungan kepada keturunannya. Selain itu, sesuai dengan PODA SAGU-SAGU MARLANGAN yang mendukung keberadaan 8 (delapan) anak-anak Raja Silahi Sabungan. Atas dasar fakta dan realita diatas pula , dengan didasari rasa kesatuan dan persatuan ‘RAP RENTA’ seluruh keturunan (pomparan) Silahisabungan pada MUBES SILAHISABUNGAN maka Panitia Pembangunan Tugu Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak terus bekerja tanpa pamrih dan akhirnya dapat mewujudkan TUGU RAJA SILAHISABUNGAN di bona pasogit SILALAHI NABOLAK.
....mungkin karena sakit hati dan dendam, sampai sekarang keturunan kelompok ini tetap eksis menamai marga mereka Silalahi Raja atau Silalahi Tolping/Pangururan......
Mungkin karena sakit hati dan dendam, sampai sekarang keturunan kelompok ini tetap eksis menamai marga mereka Silalahi Raja atau Silalahi Tolping/Pangururan.
Dan tetap menolak eksistensi tarombo Raja Silahsabungan di Silalahi Nabolak. Meski demikian, secara defacto keturunan Raja Silahisabungan di Silalahi Nabolak tetap menganggap kelompok Silalahi Raja / Silalahi Tolping sebagai keturunan Raja Silahisabungan namun bukan anak sulung , melainkan keturunan Raja Partada (di Tolping) dan Ompu Lahisabungan alias Bursok Raja bin Debang Raja ( di Pangururan ). Hal ini terbukti sampai saat ini, sepanjang Pangururan – Buhit -  Parbaba – Tolping , sepanjang daerah ini telah didiami keturunan-keturunan Silahisabungan.

BURSOK RAJA , DARI LEGENDA RAJA SILAHISABUNGAN

Dalam buku Pusataha Tarigot Tarombo Ni Bangso Batak ( 1926) yang disusun Demang Waldemar Hutagalung dari Pangururan, dikatakan Busokraja adalah putera sulung Sinabang, yang membuat namanya Ompu Sinabang dan kemudian hari menjadi Ompu Lahisabungan.
Dikatan, Debangraja atau Sidebang atau Sinabang menika dengan Panamean (boru) Sagala dan mempunyai anak (semuanya laki-laki). Sejak lahir sampai dewasa , ke 4 (empat) anak ini belum dibuat namanya sehingga semuannya selalu dipanggil si bursok ( bahasa Toba, Bursok=Ucok, panggilan umum untuk anak laki-laki ). Apabila  orangtuanya atau temannya memanggil "bursok" mereka pastilah menjawab bersamaan, sehingga ke empar kakak-beradik ini sering dipermalukan dalam pergaulannya dan ini menimbulkan rasa kesal mereka.

Suatu ketika setelah mereka telah remaja, anak sulung Debangraja mengumpulkan para adiknya dan berkata : ” Dengar,orang tua tidak membuat nama kita. Bagaimana kalau kita memilih nama masing-masing , supaya tidak malu lagi sama teman-teman kita. Kita hampir dewasa tidak pantas lagi dipanggil Sibursok,” katanya. Para adiknya semua setuju, namun mereka menetapkan sebuah perjanjian, apabila kelak orangtua mereka tidak setuju dan marah, maka diantara mereka tidak boleh saling menuduh dan mengakuinya kepada orangtuan mereka, Debangraja. Dan sumpah mereka dalam perjanjian itu ialah : 
"...dengke ni Sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise siose padan tu riburna tu magona... “ 
Artinya kira-kira , " barangsiapa yang melanggar janji akan hidup sengsara sampai kepada keturunannya kelak." Singkatnya, sang anak sulung memilih nama Ompu Sinabang, anak ke dua memilih nama Ari, anak ke tiga memilih nama Taon, anak ke empat memiling nama Badung. Tanpa dinyana, nama Ompu Sinabang kemudian menjadi masalah karena Debangraja menganggapnya tidak wajar, karena Debangraja akan memanggil anaknya dengan nama Ompu (bahasa Toba, Ompu=Kakek). Namun sang anak sulung tetap kukuh ketika Debangraja memaksa supaya nama Ompu Sinabang diganti dengan yan lain. Akhirnya Debangraja habis kesabarannnya, dengan sangat marah, Debangraja kemudian mengusir sang sulung, Ompu Sinabang, dari hadapannya, dari Silalahi Nabolak.

Ompu Sinabang kemudian pergi menyusuri Tao Silalahi menuju arah Tano Ponggol Pangururan, Samosir. Ompu Sinabang sebenarnya bermaksud meuju Balige. Toba Holbung, untuk menemui kakaknya, Raja Bunga-bunga alias Raja Parmahan yang telah di angkat sebagai anak raja oleh Sibagot Nipohan di Balige.
Namun niat Ompu Sinabang terhadang karena kemudian hatinya tertawan seorang putri Simbolon di Pangururan . ( dalam kisah selanjutnya ).